Hati-Hati! Efek Luar Biasa Dari Budaya Menggunjing

Posting Komentar
Konten [Tampil]

Assalamualaikum ;)

Efek luar biasa menggunjing


Hari ke delapan adalah bertema tradisi dan budaya . Blank mau nulis budaya apa? Akhirnya berkat saran teman sehingga saya bisa menuliskan tentang budaya yang tak jauh dari kehidupan kita sehari-hari.


“Menggunjing adalah suatu hal yang sepele, namun efek darinya sungguh sangat luar biasa". Itulah yang diungkapkan salah satu ustadzah pengisi kuliah WhatsApp yang saya ikut di dalamnya beberapa pekan kemarin. Beberapa efek yang timbul dari kegiatan menggunjing yaitu berdosa, amalan yang kita punya tidak akan diterima, dan pahala kitapun akan mengalir kepada orang yang kita gunjingkan. Sungguh begitu banyak mudharat yang didapatkan dari kegiatan yang kita mengira sangat sepele ini.

Menggunjing sendiri tidak hanya dilakukan kepada orang terdekat di sekitar kita, tetapi juga pada sesosok pemimpin. Pemimpin adalah manusia yang tak sempurna, sudah pasti dirinya memiliki kelebihan dan juga kekurangan, jikalau seorang pemimpin yang sudah kita pilih belum bisa mempimpin dengan baik, bukankah akan lebih bijak jika kita terus mendoakannya, bukan malah terus mengeluh dan menggunjing terhadap apa yang telah dilakukannya.

Kondisi yang sering kita alami pada suatu lintas generasi adalah tentang kebiasaan yang sering membawa kita pada posisi yang tidak peka terhadap sesuatu yang telah kita lakukan. Apakah kita sudah melakukan hal baik? Atau justru malah hal buruk yang terkadang bisa jadi melanggar ketentuan Allah SWT.

Dari Sufyan bin Abdullah RA, ia berkata. “saya berkata,” wahai Rasulullah, katakana kepadaku sesuatu yang bisa kujadikan pegangan. Beliau menjawab, katakana bahwa Tuhanku adalah Allah lalu istiqamahlah. Saya berkata, wahai Rasulullah apa yang paling engkau khawatirkan atas diriku? “Rasulullah menunjuk mulutnya sendiri dan berkata, ‘ini’. (HR. Muslim)

Kebiasaan yang dimaksud disini adalah kebiasaan mengghibah, budaya menggunjing orang lain. Bahkan, dizaman sekarang ini kita justru di didik untuk selalu mengghibah orang lain atau saudara kita melalui media atau program-progran yang sengaja disuguhkan oleh stasiun televisi. Coba lebih kita perhatikan lagi tentang program-program yang sengaja di tayangkan oleh televisi, lebiblh banyak yang akan menyajikan konten tentang pergunjingan terhadap orang lain, dan itu lintas waktu lho. Maka kita yang menontonnyapun akan secara otomatis ikut terbiasa dengan yang tersajikan.


Lantas, indikasinya adalah bahwa ghibah itu menjadi tradisi yang biasa saja menurut kita. Dimana ada satu perkumpulan, maka sudah sangat pasti terjadi jamuan utamanya adalah ghibah atau menggunjing. Dan karena menjadi hal biasa, seakan perbuatan tersebut bukan merupakan yang dilarang dan dimurkai Allah.


Padahal di dalam Islam, Allah sangat murka dengan perbuatan ghibah dan itu dicantumkan dalam surat al-Hujurat ayat 12, yang berarti bahwa perumpamaan orang yang berbuat ghibah adalah seperti orang yang memakan bangkai daging saudaranya.


Di dalam hadits Nabipun disebutkan, salah satu yang menyebabkan kita masuk neraka adalah lisan kita. Ghibah yang sering kita lakukan menjadi sebuah tradisi yang seakan-akan itu bukan dosa, padahal di zaman para sahabat dahulu, meninggalkan hal yang sunnah saja seakan meninggalkan perkara yang wajib dan itu menimbulkan kecemasan yang mendalam pada diri sahabat-sahabat Nabi.

Sangat berbanding terbalik dengan kondisi kita sekarang ini bukan?, bahwa sebuah keburukan yang sudah menjadi tradisi seakan bukan dosa lagi. Dan atas semua ini menjadi bahan renungan untuk kita semua, bahwa kita sangat perlu waspada terhadap kebiasaan yang kita lakukan, apakah kebiasaan itu masih dalam koridor yang diperbolehkan atau malah sudah menyalahi aturan Allah. Dan ini juga bagian dari introspeksi untuk diri kita, terlebih diri saya sendiri, bahwa selayaknya seorang muslim itu selalu dalam kebiasaan yang mengandung ibadah kepada Allah.

Faktor Penyebab Budaya Menggunjing


Faktor budaya yang sangat guyub seperti di Indonesia juga dapat menjadi penyubur adanya budaya ghibah. Suku-suku di Indonesia menganut nilai paguyuban yang lebih bahyak mementingkan kepentingan kelompok daripada individu, terutama Jawa dan Sunda yang menjadi salah satu suku yang dominan. Yang terjadi oleh suku-suku di Indonesia adalah, masyarakat yang cenderung tidak terbiasa mengelola konflik. Akibatnya, konflik di tengah masyarakat paguyuban menjadikan permusuhan yang akan berlangsung lebih lama. 

Fenomena media sosialpun juga semakin membuat budaya menggunjing kian subur. Saat ini, informasi yang berkembang akan sangat sulit dibedakan antara mana yang benar dan tidak benar. Sayangnya, berapa banyak informasi palsu justru disebarkan orang tanpa dipilih dan dipilah. Padahal, sebaiknya masyarakat harus bisa menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. Untuk informasi tidak bermanfaat, alangkah akan lebih baik jika informasi tersebut disimpan untuk dirinya sendiri, meskipun informasi itu adalah benar.

Dengan telah menjelmanya media sosial sebagai belantara informasi masa kini, ghibah telah menjadi budaya baru, sehingga cenderung menjadi kegemaran. Media sosialpun saat ini telah beralih fungsi dan menjadikan sebagian orang kehilangan nilai-nilai keadaban. Termasuk, tak adanya malu saat memainkan jari jemarinya untuk mengomentari kehidupan orang lain yang diapun tak tau dengan apa yang sebenarnya terjadi. Jari jemari yang lihai mengkritik apapun yang dikerjakan oleh orang lain dan tak bisanya menjaga lisan dari perkataan yang tak baik. Nauzubillah.. 

Semoga kita senantiasa dilindungi dari budaya menggunjing ini ya sahabat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 






Jurnal Bunda Imut
Hai, panggil saya sasha. Seorang pembelajar, ibu muda biasa yang suka sekali menulis, kesehariannya di sibukkan dengan Membersamai 2 putra dan 1 putrinya bermain, belajar dan bersenang-senang. Dengan pekerjaan sampingan sebagai Content writer dan Publisher, selain itu juga disambi dengan jualan online. Yuk, bersantai dan baca keseharian saya di sini. Enjoy !

Related Posts

Posting Komentar