Tentang Sakit Dan Penggugur Dosa

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Assalamualaikum ;) 
Sakit sebagai penggugur dosa

لا بأس طهور إن شاء الله
“Tidak apa, semoga menjadi penghapus dosa, jika Allah menghendakinya.” 

Sahabat bunda imut pasti sudah tak asing dengan hadits Rasulullah SAW diatas kan. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori yang menceritakan tentang do'a Nabi SAW setiap kali menjenguk orang yang sedang sakit. 

Lantas, apakah benar sakit itu bisa meluruh dan menggugurkan dosa?

Ya, memang benar sekali, sakit dan musibah itu bisa menjadi sarana untuk meluruhkan dosa. Namun, tentu tidak juga menjadi demikian jika dalam hati dan sikap justru kita tidak mampu menerima, atau kita tidak bisa sabar atas apa yang menimpa kita tersebut. 

Sabar tak hanya dilakukan ketika kita sedang diuji dengan sakit, tetapi juga saat kita diuji dalam kondisi sehat. Ketika sedang diuji sakit, saat itulah kesabaran kita akan terlihat dari akhlak dalam menyikapinya tersebut.

Telah disebutkan dalam Shahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah radhiallohu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:

ما أَنْزَلَ الله دَاءً إلا أَنْزَلَ له شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah menurunkan untuknya obat penyembuh,” (HR.Bukhari,no:5354)

Demikian pula disebutkan dalam Shahih Muslim dari hadits Jabir radiallohu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فإذا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عز وجل

“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu sesuai dengan penyakitnya, akan sembuh dengan izin Allah Azza wajalla,”(HR.Muslim¬,no:2204)

Disebutkan pula dari hadits Usamah bin Syarik radhiallohu ‘anhu, berkata : Telah datang seorang Baduwi kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah, Siapakah manusia terbaik? Beliau menjawab: yang paling baik akhlaknya. Lalu Ia bertanya lagi: Wahai Rasulullah, Apakah boleh kami berobat? Jawab Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, “Berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit melainkan Allah menurunkan obat untuknya, ada yang mengetahuinya dan ada pula yang tidak mengetahuinya.”

Dengan demikian sesungguhnya, sangatlah merugi bagi seorang yang ketika diuji sakit, dia menyikapi dengan emosi. Tetap saja tak akan menjadikannya sembuh dari sakitnya, bahkan akan menambah deritanya. Kalau mereka mengetahui bahwa sakit itu akan meluruhkan dosa, mungkin siapapun yang diuji dengan rasa sakit, dirinya sudah pasti akan bersyukur telah Allah berikan rasa sakit tersebut. 

Lantas, bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapi ujian sakit dari Allah? Ada beberapa sikap sabar yang dapat kita latih dan kita lakukan ketika kita diuji dengan rasa sakit, Di antaranya adalah :

Sikap Berprasangka Baik Kepada Allah


Sikap tersebut dapat kita awali dengan sikap menyadari sepenuhnya, bahwa tubuh ini bukan milik kita, melainkan milik Allah Swt. Allah-lah yang menjadikan kita sehat, sakit, dan lain sebagainya. Meskipun kita sudah berobat ke dokter atau kemanapun, tetapi semua keputusan ada dalam kehendak-Nya. Selain itu, kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita rasakan dan derita, semuanya sudah tercatat dan sudah diukur Allah Swt. 

Sikap sabar tersebutlah yang akan berbuah pahala yang berlipat dari Allah SWT. Kita seharusnya selalu meyakini bahwa Allah tak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila Allah tak memberikan Hikmah Atas-Nya. Sehingga, semua itu akan membuat kita terpanggil untuk bisa mengevaluasi diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih taat mendekatkan diri pada-Nya. Mungkin saja sakit yang kita derita sebab kita tak memenuhi hak anggota tubuh kita dengan benar. Seperti misalnya, kita melalaikan diri dengan memporsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.

Sikap Menerima Bahwa Sepenuhnya Itu Adalah Ketentuan Allah SWT


Sikap ini bisa dilakukan dengan cara tidak terlalu berkeluh kesah, atau bahkan berputus asa. Berkeluh kesah dan berputus harapan merupakan tanda-tanda dari sifat ketidaksabaran.. Bisa jadi, orang sakit bukan menderita sebab sakitnya, tetapi lebih kepada sikapnya yang menjadi hiperbola dalam menghadapinya. 

Hal ini bisa jadi akan menyimpulkan bahwa orang yang diberi sakit tersebut kurang bisa untuk menerima akan takdir dan ketentuan Allah SWT. Sehingga ia terdorong atas keinginannya yang merasa ingin dikasihani dan berharap orang-orang berempati padanya. Sayapun menyadari, memang sangat tak mudah untuk bisa menerapkan rasa sabar dan syukur dikala kita sedang dalam ujian-Nya,ada termasuk ujian rasa sakit kepada kita. 

Itulah kenapa, separah apapun penyakit kita, cobalah untuk bisa menghadapinya dengan cara yang proporsional dan tak berlebihan.

Sikap Merenungkan Hikmah Sakit

Hal ini bisa menjadi ajang untuk kita bisa  menginstropeksikan diri kita, bisa juga sebagai penggugur dosa. Sesungguhnya, orang-orang yang sabar akan memiliki kemampuan untuk bisa lebih dekat dengan Allah SWT. Maka, jadikanlah sabar sebagai penolong kita seperti halnya shalat yang senantiasa kita kerjakan.

Selain sikap sabar, kita juga wajib mensyukuri segala ujian yang menimpa kita. Sikap syukur ini bisa dilakukan dengan lebih mendekatkan diri pada Allah, dan lebih meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT. Dengan sikap inilah yang nantinya akan semakin mendekatkan kita kepada Rabb, Allah SWT, Allah sang maha penguasa.

Sakit Dan Musibah Merupakan Penghapus Dosa


Telah menjadi ketetapan dari Allah Azza wa Jalla bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami sakit dan musibah selama hidupnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Seringkali kita mendengar manusia yang ketika dia ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki, berkeluh kesah, bahkan ada banyak juga yang meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir yang sudah di tetapkan Allah. Nauzubillah, semoga Allah senantiasa melindung kita beserta keluarga, melindungi agar agar kita senantiasa bisa selalu bersyukur atas ujian yang telah di berikan, karena jika kita tahu akan ada hikmah dibalik semua itu, maka, InsyaAllah rasa sakit dan musibah yang kita alami akan terasa ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang yang  Allah Ta’ala berikan kepada kita.

Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).

“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).

“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya”. (HR. Al-Hakim I/348). “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim no. 2572).

Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan ridho terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosa-dosanya sebagai ganjaran dari musibah yang menimpanya.

Sakit dan musibah juga diharapkan mampu menyadarkan seorang hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus harta untuk kembali mengingat Rabb-Nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, bisa membuatnya teringat akan dosa-dosa, dan ketidakmampuannya di hadapan Allah Ta’ala, sehingga akan membuat kita kembali kepada Allah dengan sebuah penyesalan, kepasrahan, dan ampunan dari Allah SWT.

Nah, sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak sesaatpun melainkan ia butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu tergantung kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Jurnal Bunda Imut
Hai, panggil saya sasha. Seorang pembelajar, ibu muda biasa yang suka sekali menulis, kesehariannya di sibukkan dengan Membersamai 2 putra dan 1 putrinya bermain, belajar dan bersenang-senang. Dengan pekerjaan sampingan sebagai Content writer dan Publisher, selain itu juga disambi dengan jualan online. Yuk, bersantai dan baca keseharian saya di sini. Enjoy !

Related Posts

Posting Komentar