Meneladani Fatimah Binti Ubaidillah Membentuk Kecerdasan Imam Syafi'i

12 komentar
Konten [Tampil]
Assalamualaikum sahabat bunda imut ;) 
Meneladani Fatimah binti Ubaidillah


Masya Allah... Sudah mau pertengahan bulan, tapi semangat menulis masih belum membara nih, hehehhe. Mumpung suasananya lagi PPKM Pulau Jawa dan Bali sehingga anak-anak masih belajar via daring, kali ini saya mau berbagi tulisan tentang peran penting seorang ibunda dalam pendidikan anak, yuk kita belajar dari bunda Fatimah binti Ubaidillah, yaitu ibunda dari ulama' besar imam Syafi'i.

Adakah yang belum mengenal Abu Abdullah Muhammad Idris Asy Syafi’i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi’i? Beliau adalah salah satu imam madzhab dengan pengetahuan dan keilmuan yang sangat luas. Bahkan, di Indonesia mahdzab Imam Syafi'ilah yang banyak dipilih oleh mayoritas masyarakatnya. 

Atas kecerdasan dan keberhasilan Imam Syafi'i ini, ternyata beliau tidak terlepas dari peran ibundanya yaitu Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah. Lantas, bagaimana peran ibunda Imam Syafi’i dalam pendidikan anak? Yuk, simak selengkapnya  dibawahini ya

Kisah Ibunda Imam Syafi’i


Idris, ayahanda Imam Syafi’i, meninggal dunia saat Syafi’i masih sangat kecil. Karena itulah, imam Syafi’i dibesarkan hanya oleh ibunya yang merupakan perempuan shalihah yang berasal dari Suku Azd, Yaman. Sementara ayahnya dari Gaza, Palestina.

Ibunya bekerja keras untuk membesarkan Syafi’i sendirian. Dia berusaha mengajarkan putranya tersebut dengan penuh kebaikan, hingga akhirnya lahirlah seorang pemuda yang sangat mencintai ilmu seperti imam Syafi’i.

Tidaklah kedua matanya melihat ilmu kecuali dia menghafalnya dengan sempurna. Imam Syafi’i pun menjadi panutan dalam hafalan. Tidak ada warna hitam di atas putih kecuali Syafi’i menghafalkannya.

Artinya adalah, tidak ada ilmu kecuali yang sudah dihafalkan oleh Imam Syafi’i secara sempurna. Itulah mengapa Imam Syafi’i saat ini menjadi salah satu imam mazhab dari empat mazhab yang menjadi salah satu pembesar para ulama Islam hingga sepanjang zaman.

Betapa sangat mulianya hati seorang ibu yang telah membesarkan anak yang shalih seperti Imam Syafi’i. Dia membesarkan putranya sendirian dan menjadikannya anak yang pintar, shalih juga menjadi  teladan teladan bagi seluruh umat Islam.

Imam Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu mencela orang Quraisy, karena orang alimnya akan memenuhi bumi dengan ilmu. Ya Allah, Engkau telah menimpakan siksa dan bencana pada orang awalanya, maka berikanlah karunia pada orang terakhirnya.”

Tidak ada seorang ulama pun kecuali dia mengatakan, “Orang yang dimaksud hadits ini ialah Imam Syafi’i. Karena dia merupakan keturunan Quraisy dan keluarga Hasyim.” Semoga, Allah meridhai Imam Syafi’I dan ibunya yang shalihah tersebut.
Fatimah binti Ubaidillah


Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah merupakan Ahlul Bait. 


Keturunan Rasulullah SAW dari jalur Ubaidillah bin Hasan bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Fatimah adalah sosok yang cerdas, tegar dan tidak pernah mengeluh. Suaminya, Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i wafat di Gaza, saat anak beliau berusia 2 tahun. Fatimah pun terpaksa harus membesarkan Imam Syafi’i sendirian, tanpa harta warisan dan serba kekurangan.

Namun, meski dalam kondisis yang serba kekurangan tersebut, tidaklah melunturkan perjuangan Fatimah dalam memberikan yang terbaik untuk putranya. Tujuannya adalah agar kelak sang buah hati menjadi orang hebat yang bermanfaat bagi semua orang.

Ibunda Imam Syaf’i Hijrah ke Makkah

Makkah, kota suci ini dipilih agar Syafi’i kecil bisa bertemu dengan keluarga besarnya dari Suku Quraisy. Ibunda imam Syafi’i juga ingin agar putranya belajar bahasa Arab langsung dari Suku Hudzail. Kabilah ini sangat terkenal akan kefasihannya berbahasa Arab. Imam Syafi’i tidak hanya dikenal sebagai ahli fiqih, melainkan pakar seni sastra dengan berbagai gubahan puisinya.

Di Mekah beliau mempelajari Al Qur’an dan berhasil menghafalkannya di usia 7 tahun dengan fasih dan mutqin. Imam Syafi’i juga pernah mengkhatamkan hafalan Qur’annya sebanyak 16 kali saat melakukan perjalanan dari Mekkah ke Madinah. Setahun kemudian kitab Al-Muwatha’ karya Imam Malik dngan 1720 hadits pilihan, juga sudah diselesaikan beliau sampai di luar kepala. Masya Allaah....

Kemudian, ketika usianya yang ke-15 tahun, beliau sudah diangkat menjadi mufti kota Mekkah dan diizinkan untuk mengeluarkan fatwa. Dan semua karya besarnya masih dijadikan rujukan para ulama di seluruh penjuru dunia.

Penting Sekali Untuk Menjaga Kehalalan Nafkah bagi Imam Syafi’i

Fathimah selalu berusaha menjaga kehalalan untuk putranya bahkan ketika beliau masih mengadung imam Syafi'i. Dia khawatir jika ada secuil syubhat yang masuk ke dalam tubuh Syafi’i. Semua dibiasakan mulai dari dalam kandungan. Dalam suatu ketika, Fathimah pernah meninggalkan Syafi’i kecil yang sedang tidur sendirian untuk beliau pergi ke pasar. Karena terbangun dan tidak melihat ibunya di manapun, lantas Syafi’i menangis sejadi-jadinya. Seorang ibu, yang merupakan tetangga mereka pun mendengarnya. Ia mencoba menenangkannya dan menyusuinya. Sesampainya di rumah, ketika mengetahui itu, Fathimah khawatir bila saja ada unsur haram yang masuk ke tubuh Syafi’i melalui susu tadi.

Fathimah pun memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut anaknya sampai beliau memuntahkan semua isi susu yang telah masuk dalam perut Syafi’i. Fathimah mafhum apabila ada sesuatu sedikit saja unsur haram, maka akan sangat mempengaruhi karakter anaknya kelak. Sehingga beliau sangat berhati-hati terhadap apa saja yang masuk dalam tubuh anaknya.

Syafi'i Mulai Meninggalkan Rumah untuk Menuntut Ilmu

Meskipun sangat serba kekurangan dalam hal ekonomi, Fathimah selalu berusaha sekeras mungkin agar putranya mendapat fasilitas terbaik dalam menuntut ilmu bersama ulama-ulama terbaik. Karena kecerdasannya yang luar biasa, Fathimah mengijinkan putranya yang saat itu berusia 15 tahun untuk menuntut ilmu ke luar kota Mekkah. Syafi’i berkata ke ibunya, habis sudah dia berguru ke semua ulama dengan berbagai disiplin ilmu. Dan beliau ingin mencari ilmu di tempat kelahiranya Rasulullah SAW.

Fathimah dengan berat hati mengijinkan anak semata wayangnya. Ini merupakan keputusan terbaik untuk keilmuan anaknya agar bisa bermanfaat bagi orang banyak kelak. Beliau sangat yakin jika Allahlah yang akan menjaga anaknya itu dimanapun dia berada. Sehingga Fathimah pun menyuruh agar Syafi’i tidak pulang sebelum mejadi seorang ‘alim dalam agama.

Dengan penuh keharuan, Fatimah melepas Imam Syafi'i dengan untaian doa yang indah

“ Ya Allah, Tuhan yang menguasai seluruh alam, anakku ini akan meninggalkanku untuk berjalan jauh menuju keridhaan-Mu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu pengetahuan peninggalan utusann-Mu, Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, aku memohon kepada-Mu, agar Engkau memudahkan urusannya, memelihara keselamatannya, memanjangkan umurnya agar aku dapat melihat dia pulang nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang berguna, Aamiin.”

Suatu ketika saat ada perkumpulan majelis ilmu di Masjidil haram terdapat seorang ulama besar dari Iraq. Beliau menyampaikan ada seorang gurunya yang berasal dari Mekkah begitu cerdas dan ‘alim dalam agama. Sehingga semua permasalahan agama di Iraq bisa terselesaikan berkat gurunya. Semua penasaran siapakah guru tersebut? Ulama besar tersebut menjawab, pemuda tersebut adalah Muhammad Idris Asy Syafi’i.

Menangislah sang ibunda karena terharu dan bangga saat mendengarnya. Semua doa dan air mata telah dibayar lunas. Fathimah menceritakan bahwa pemuda yang telah disebutkan adalah anak semata wayangnya yang sudah lama pergi untuk menuntut ilmu. Mendengar hal itu, tunduklah semua rombongan dari Iraq, dan bertanya apakah ada pesan yang ingin disampaikan kepada guru besar Imam Syafi’i? Ibunya hanya menjawab,

“Aku telah ridha dan mengijinkannya kembali pulang.”

Begitulah seorang ibu, dibalik seorang anak yang besar dan sukses, selalu ada perjuangan ibu yang hebat. Sebuah nilai pendidikan luhur yang telah dibiasakan sejak saat dalam kandungan. Semua doa dan kerja keras ibunda imam Syafi’i dalam mendidik anak semata wayangnya telah dibayar lunas. Dia bukan saja berhasil melahirkan seorang anak yang hebat, namun dia juga telah berhasil melahirkan seorang imam yang cahayanya tak akan pernah padam.

Penutup

Semoga, tulisan tentang meneladani Fatimah Binti Ubaidillah, bagaimana peran penting seorang ibu dalam membentuk karakter dan kecerdasan anaknya menjadi penyemangat untuk kita agar bisa selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Menjaga amanah dari Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan menjadi madrasah pertama anak-anak kita yang akan selalu membuat mereka nyaman ketika dirumah.

Semoga bermanfaat ya

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 14 Juli 2021

Jurnal Bunda Imut
Hai, panggil saya sasha. Seorang pembelajar, ibu muda biasa yang suka sekali menulis, kesehariannya di sibukkan dengan Membersamai 2 putra dan 1 putrinya bermain, belajar dan bersenang-senang. Dengan pekerjaan sampingan sebagai Content writer dan Publisher, selain itu juga disambi dengan jualan online. Yuk, bersantai dan baca keseharian saya di sini. Enjoy !

Related Posts

12 komentar

  1. Masya Allah imam syafii teladam sepanjang jaman. Semoga kita bisa meniru semangatnya dalam belajar. Buku2nya best seller sepanjang masa tak lekang zaman

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, jadi muhasabah nih mbak, sejauh mana aku sudah menyiapkan anak2ku untuk berkontribusi di jalan Allah, makasih ya sdh menulis cerita yang cantik ini.

    BalasHapus
  3. Luar biasaa, masya Allah..
    Terima kasih untuk sharingnya mba. Ini bisa jadi buat bekal aku ke depannya, heheheh

    BalasHapus
  4. Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya, sehingga menjadi pemicu utama keberhasilan anak dikemudian kelak. Semoga kita sebagai orang tua bisa meneladani sosok ibu inspiratif seperti Fatimah binti ubaidillah untuk melahirkan dan mendidik imam Syafei Imam Syafei selanjutnya.

    BalasHapus
  5. Masya Allah Ibunda Imam Syafi'i panutan untuk parenting. Semoga keluarga muslim banyak mendidik anak-anaknya taat beribadah dan menebar ilmu.

    BalasHapus
  6. Orang hebat yang dididik oleh perempuan hebat. Fisiknya bisa saja sudah tak ada di dunia ini, namun amal sholihnya terus hidup.. Beliau adalah salah satu manusia yang hidup sepanjang jaman.

    BalasHapus
  7. Masya Allah, udah pernah tau cerita ini tapi tetep aja mewek bacanya :")
    Luar biasa banget ya peran seorang ibu bagi kesuksesan seorang anak.

    BalasHapus
  8. baru tadi subuh aku denger sirah salah satu shahabiyah yang juga sosok ibu luar biasa. sungguh dibalik orang-orang hebat itu ada sosok ibu yang istimewa. semoga kisah-kisah menghangatkan hati dari masa lalu ini bisa jadi motivasi untuk kita dalam membersamai anak-anak yaa 💛

    BalasHapus
  9. Sudah beberapa kali mendengar kisah ibunda Imam Syafii ini, namun selalu saja mampu menggetarkan hati. Betapa secuil kuku hitamnya saja aku tak bisa menyamai, kok minta macam-macam ya Allah...

    Semoga kita dimampukan menjaga titipan2 Allah sebaik-baiknya. Aamiin.

    BalasHapus
  10. Pelajaran yang sangat berharga dari ibunda imam Syafi'i adalah dengan menjaga anak dari barang syubhad. Sekecil apapun itu. MaasyaAllah.

    BalasHapus
  11. Aku selalu takjub sama perjalanan bagaimana Imam Syafii menuntut ilmu sih. Beliau juga salah satu pemantik kalau aku lagi lelah dan males belajar.

    BalasHapus
  12. Wow! Profilnya keren bangetz. Bisa membesarkan seorang Imam yang luar biasa

    BalasHapus

Posting Komentar